Azmi masih sangat muda pada saat datang ke tempat ini.
Kira-kira seumur dengan pohon Rhododendron yang belum berbunga di depan halaman.
Yang Azmi tau, tempat ini sangat jauh,
Tak terjangkau dengan ribuan langkah ragu
Juga waktu yang diam-diam bernafas malu
Lantas apa yang membuat Azmi mau tinggal sendiri
Dan menghabiskan waktu yang tak bisa dihitungnya dengan pasti
Adalah seorang perempuan, Azmi yakin dia akan datang
Kira-kira seumur dengan pohon Rhododendron yang belum berbunga di depan halaman.
Yang Azmi tau, tempat ini sangat jauh,
Tak terjangkau dengan ribuan langkah ragu
Juga waktu yang diam-diam bernafas malu
Lantas apa yang membuat Azmi mau tinggal sendiri
Dan menghabiskan waktu yang tak bisa dihitungnya dengan pasti
Adalah seorang perempuan, Azmi yakin dia akan datang
Selama perempuan yang ia tunggu belum tiba
Azmi tak berdiam diri.
Ia sudah menyiapkan ribuan kertas putih bersih
Tak lupa pula ia sudah meraut tajam-tajam pensil berbahan kayu aghatis untuk mengisi kesenggangan waktunya.
Seperti kemarin kertas yang entah keberapa dituliskannya sebuah ucapan kerinduan tanpa meratap. Karena Azmi yakin rindu bukan hanya soal kesedihan, tapi juga soal masa depan.
Di hari yang lain, Azmi dengan tekun menggiring ujung pensilnya dari pagi sampai suara burung kowak menemani.
Karena kelelahan ia tidur dengan alas sebuah lukisan wanita memakai kerudung yang diselesaikannya sebelum waktu shubuh.
Pagi itu Azmi merasa sangat bersemangat
Mungkin sebuah pertanda dari semesta bahwa perempuan yang didamba akan tiba
Disiapkannya sebuah kemeja hitam polos,
Karena ia yakin pertemuan ini akan membuat air mata dia dan sang perempuan akan berguguran
Kemeja hitam akan mengaburkan air mata kami, bisiknya dalam hati
Oiya, kertas tak ada yang tak berisi
Semua tertumpuk dan penuh dengan ungkapan hati
Setelah mendekapnya puas kertas-kertas ini akan kuberi
Mungkin pesan akan tersampaikan, Bahwa menunggu sambil mengantungi rindu bisa menjadi sangat indah.
Sampai malam tiba perempuan idaman tak kunjung datang.
Azmi berkaus hitam masih berharap, kertas-kertas masih terus didekap
Azmi tak berdiam diri.
Ia sudah menyiapkan ribuan kertas putih bersih
Tak lupa pula ia sudah meraut tajam-tajam pensil berbahan kayu aghatis untuk mengisi kesenggangan waktunya.
Seperti kemarin kertas yang entah keberapa dituliskannya sebuah ucapan kerinduan tanpa meratap. Karena Azmi yakin rindu bukan hanya soal kesedihan, tapi juga soal masa depan.
Di hari yang lain, Azmi dengan tekun menggiring ujung pensilnya dari pagi sampai suara burung kowak menemani.
Karena kelelahan ia tidur dengan alas sebuah lukisan wanita memakai kerudung yang diselesaikannya sebelum waktu shubuh.
Pagi itu Azmi merasa sangat bersemangat
Mungkin sebuah pertanda dari semesta bahwa perempuan yang didamba akan tiba
Disiapkannya sebuah kemeja hitam polos,
Karena ia yakin pertemuan ini akan membuat air mata dia dan sang perempuan akan berguguran
Kemeja hitam akan mengaburkan air mata kami, bisiknya dalam hati
Oiya, kertas tak ada yang tak berisi
Semua tertumpuk dan penuh dengan ungkapan hati
Setelah mendekapnya puas kertas-kertas ini akan kuberi
Mungkin pesan akan tersampaikan, Bahwa menunggu sambil mengantungi rindu bisa menjadi sangat indah.
Sampai malam tiba perempuan idaman tak kunjung datang.
Azmi berkaus hitam masih berharap, kertas-kertas masih terus didekap
Source |
Enggak pernah bosan aq baca tulisan fiksimu Dav
BalasHapusHeheh makasih rin, semoga cita2 punya buku kesampaian
HapusEnggak pernah bosan aq baca tulisan fiksimu Dav
BalasHapus