Pada cerita sebelumnya awak udah certain tentang si Amang, dia adalah anak batak yang paling males pulang ke peraduan (rumahnya). Kalau kit...

Awas Mang…!!! Awas Mang…!!!

Awas Mang…!!!

Awas Mang…!!!

Pada cerita sebelumnya awak udah certain tentang si Amang, dia adalah anak batak yang paling males pulang ke peraduan (rumahnya). Kalau kita periksa isi tasnya, selain sebuah binder berwarna putih, terdapat Koran-korang bekas dan beberapa helai baju serta satu sachet Autan di dalamnya. Persediaan untuk tidur di emperan lapangan merdeka katanya.
Awak dan amang pada tahun 2007 berhasil masuk ke sebuah universitas negri yang sama, ditambah bonus, jurusan yang sama. Karena keberhasilannya tersebut amang minta dibelikan motor sama bapaknya. Jadilah dia naik motor ke kampus.
“Kau pulang naik angkot lagi, Pot?” tanya amang selesai kelas Etnografi.
“Ia lah, mau naek sampan takut air aku”
“Udah pulang bareng aku aja, tapi pegang pinggang aku ya”
“Monyet, udah jelek, homo kau”
Akhirnya berboncengan lah kami layaknya dua insan dimabuk asmara. Ternyata naik motor baru Si Amang sangatlah nyaman. Tapi masalah yang tak dipikirkan sebelumnya adalah Amang belum punya SIM. Awak yang gak tau mamalia ini belum mengantongi surat ijin mengemudi, santai saja dibonceng. Sampai di persimpangan Bandara Polonia, Amang mendadak ngebut. Awak kayak cewek mejemin mata ketakutan.
“Oi,,,pelan-pelan, Mang” kata awak panic.
“Udah, Tenang aja diboncengan, gak kau liat polisi didepan”
Awak buka mata awak cepat-cepat, 20 meter kami uda ada seorang berompi hijau berkumis melintang bernama pak pulisi. Gas terus dipacu oleh orang gila ini.
“AWAS, Maaaaang”
Untungnya pak polisi sadar dua orang yang akan ditilangnya adalah keledai yang menyamar menjadi dua mahasiswa stress. Pak polisi menepi dengan pucet pasi. Kami tertawa ala ryan jombang.
JJJ
Esoknya….
“Pot, kita pulang sama lagi yok”
Awak pura-pura epilepsi.
Note : Buat pak polisi di simpang Polonia, si Amang yang bertanggung jawab pak atas semuanya.



0 komentar: